Kata Pengantar
Puji
syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ataskarunia dan
hidayah-Nya,penulis dapat menyusun makakalah sederhana ini, yakni
mata-pelajaran Belajar Pembelajaran. Dengan judul “CARA BELAJAR SISWA AKTIF”.
Sebelumnya penulis ucapkan kepada dosen pebimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis penyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan, agar dalam penyusunan karya tulis berikutnya dapat
lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Amin.
Padang, 3 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………….................................... 1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………........................................ 2
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.…………………………………………………………………………..................................
3
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat……………………………………………………………………….............................. 3
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendekatan CBSA……………………………………………………………...........................
5
2.2.
Dasar-Dasar
Pemikiran Pendekatan CBSA
……………………………………………....................... 6
2.3
Hakikat
Pendekatan CBSA…………………………………………………………….................................
7
2.4
Rasionalisasi
CBSA dalam Pembelajaran……………………………………………….........................
8
2.5
Prinsip-Prinsip
Pendekatan CBSA………………………………………………………...........................
10
2.6
Rambu-Rambu
Penyelenggaraan CBSA………………………………………………….......................
11
2.7
Penerapan
CBSA………………………………………………………………………….................................
13
BAB III PENUTUP
3. 1.
Kesimpulan…………………………………………………………………………….................................... 14
3.2 Saran……………………………………………………………………………………....................................... 14
3.3 Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana
pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswa, salah satu cara yang
dapat ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA.
Pendekatan ini merupakan merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat dan
tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap
bahan yang dipelajari. CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga
terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif,
afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajaran akan memiliki penguasaan
konsep dan prinsip. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan
di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka disusun rumusan
masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah
CBSA dalam pengajaran matematika ?”
C. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan Manfaat dari makalah yang kami sajikan berikut ini yaitu
:
·
Bagi siswa
- Diharapkan siswa dapat aktif baik dalam mengajukan pertanyaan maupun dalam mencari bahan-bahan pelajaran yang mendukung apa yang tengah dipelajari
- Bisa bekerjasama dengan membuat kelompok-kelompok belajar
- Bersifat demokratis, berani menyampaikan gagasan, mempertahankan gagasan dan sekaligus berani pula menerima gagasan orang lain
·
Bagi guru
- Harus lebih aktif, khususnya dalam mempersiapkan bahan pelajaran
- Merencanakan proses yang akan dilaksanakan, mempersiapkan evaluasi dan tindak lanjut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan CBSA
Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang belajar
atau siswa. Pernyataan ini tidak dapat kita bantah atau kita tolak
kebenarannya. Adanya kenyataan ini, menyebabkan sulitnya mendefinisikan
pengertian pendekatan CBSA secara tepat. Kepastian adanya keaktifan siswa dalam
setiap proses pembelajaran, memberikan kepastian kepada kita bahwa pendekatan
CBSA bukanlah suatu hal yang dikotomis. Hal ini berarti, setiap peristiwa
pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat dipastikan adanya penerapan
pendekatan CBSA dan tidak mungkin tidak terjadi penerapan pendekatan CBSA dalam
peristiwa pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk
kegiatan dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang
sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk
kegiatan membaca, mendengarkan, menulis, meragakan dan mengukur. Sedangkan
contoh-contoh kegiatan psikis seperti mengingat kembali isi pelajaran
pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan
satu konsep dengan konsep yang lain dan kegiatan psikis lainnya. Namun demikian,
semua kegiatan tersebut harus dapat dipulangkan kepada suatu karakteristik,
yaitu keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Keterlibatan tersebut terjadi pada waktu kegiatan kognitif dalam pencapaian
atau perolehan pengetahuan, pada saat siswa mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan dan sewaktu siswa menghayati dan menginternalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai. Dengan kata lain, keaktifan
dalam pendekatan CBSA menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun
emosional, meskipun untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau
dibutuhkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
Berdasarkan uraian dalam dua alinea sebelumnya, dapatlah kiranya kita mengambil
kesimpulan mengenai pengertian pendekatan CBSA. Di mana pendekatan CBSA dapat
diartikan sebagai panutan pembelajaran yang mengarah kepada mengoptimalisasian
pelibatan intelektul-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan pelibatan
fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual-emosional / fisik siswa
serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa
bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.
B. Dasar-Dasar Pemikiran
Pendekatan CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan
konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan
kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA
secara rasional adalah sebagai berikut:
- Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
- Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
- Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif.
- Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik.
C. Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk
secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu
menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan
pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh
konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan,
siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta
mengembangkan sikap nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah
yang dapat menciptakan siswa belajar aktif.
Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam
kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
- Proses asimilasi / pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan
- Proses perbuatan / pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan
- Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat
keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri
siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan yang menyebabkan siswa
itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai
kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional
kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efesien. Dalam
menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian
kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-prinsip CBSA sebagai suatu tingkah
laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku
siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar
C. Rasionalisasi CBSA dalam
Pembelajaran
Kita telah memasuki ambang “masyarakat belajar”, yaitu masyarakat yang
menghendaki pendidikan masa seumur hidup (Husen, 1988: 41). Untuk mempersiapkan
siswa menghadapi hal tesebut, kita perlu memikirkan jawaban atas pertanyaan:
cara-cara bagaimana siswa memperoleh dan meresapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang menjadi kebutuhannya ? dengan kata lain, guru hendaknya tidak
hanya menyibukkan dirinya dengan kegiatan pemaksimalan penyajian isi pelajaran
saja. Yang lebih penting dari pada itu, guru hendaknya memikirkan cara siswa
belajar.
Untuk menjawab permasalahan yang terkandung dalam pertanyaan di atas, perlu
kiranya mengkaji konsep belajar terlebih dahulu. Sudah sejak lama manusia
mencoba mengkaji konsep belajar. John Dewey misalnya (1916 dalam Davies, 1987:
31) menekankan bahwa:
Oleh karena belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid-murid untuk
dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari murid-murid sendiri. Guru
adalam pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk
menggerakkan perahu tersenut haruslah berasal dari murid yang belajar.
Walaupun telah lama kita menyadari bahwa belajar memerlukan keterlibatan
secara aktif orang yang belajar, kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang
berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan
meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses
pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan dan terlibat secara
pasif., mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka butuhkan.
Apabila kondisi proses pembelajaran yang memaksimalkan peran dan keterlibatan
siswa terjadi pada pendidikan dasar, temasuk pada sekolah dasar akan
mengakibatkan sulit tercapainya tujuan pendidikan dasar yakni meletakkan dasar
yang dapat dipakai sebagai batu loncatan untuk menggapai pendidikan yang lebih
tinggi, disamping kemampuan dan kemauan untuk belajar terus-menerus sepanjang
hayatnya.
Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan
mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh,
menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat
disekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa,
berfikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah
sehari-hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari dan
mengembangkan informasi yang bermakna baginya (Raka Joni, 1992:1).
Pencapaian keadaan siswa yang diharapkan melalui penerapan CBSA ini, akan
memungkinkan pembentukan sebagai “pengabdi abadi pencari kebenaran imu”.
Disisi yang lain, dengan penerapan CBSA, guru diharapkan bekerja secara
profesional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik
metodik yang berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif. Artinya guru
dapat merekayasa sistem pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis,
dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
aktif (Raka Joni, 1992:11). Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya
akan mencetak guru-guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan alam dan sosial budaya.
D. Prinsip-Prinsip Pendekatan
CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang berdasarkan pada
kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa
dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip
CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
a.
Dimensi subjek didik :
- Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
- Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
- Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
- Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
- Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
b.
Dimensi Guru
- Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
- Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
- Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
- Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
- Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
c.
Dimensi Program
- Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
- Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
- Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
d.
Dimensi situasi belajar-mengajar
- Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
- Adanya suasana gembira dan bergairah pada siswa dalam proses belajar-mengajar.
E. Rambu-Rambu Penyelenggaraan
CBSA
Hakikat CBSA adalah keterlibatan intelektual-emosional siswa secara optimal
dalam proses pembelajaran; dan setiap proses dapat menemukan kadar CBSA dari
suatu proses pembelajaran, maka perlu mengenal terlebih dahulu rambu-rambu
penyelenggara CBSA . yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala
yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun dalam proses
pembelajaran.
Rambu-rambu
yang dimaksud adalah :
(1)
Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan
(2)
Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan
dorongan-dorongan yang ada pada dirinya
(3)
Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran
(4)
Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
(5)
Keingintahuan yang ada pada diri siswa
(6)
Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa
(7)
Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong
keaktifan siswa
(8)
Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator
F. Penerapan CBSA
Dari uraian tentang pengertian, rasionalisasi, kadar dan rambu-rambu CBSA,
kita dapat menandai adanya prasyarat tertentu yang harus dimiliki oleh guru
untuk meningkatkan kadar CBSA suatu proses pembelajaran. Peningkatan kadar CBSA
dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran
yang berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran
berdasarkan siswa (Student Based Instruction).
Konsekuensi
yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa, ialah :
(1)
Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer) dari
pengalaman belajar
(2)
Guru dan siswa menerima pesan kerja sama
(3)
Bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya
(4)
Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar
(learning requirements)
(5)
Siswa dilibatkan dalam pembelajaran
(6)
Tujuan ditulis secara jelas
(7)
Semua tujuan diukur / dites
Untuk dapat mengolah dan merancang program pembelajaran dan proses, seorang
guru hendaknya mengenal faktor-faktor penentu kegiatan pembelajaran.
Faktor-faktor penentu tersebut adalah:
(1)
Karakteristik tujuan, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang
ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan
(2)
Karakteristik mata pelajaran / bidang studi, yang meliputi tujuan, isi
pelajaran, urutan, dan cara mempelajarinya
(3)
Karakteristik siswa, mencakup karakteristik perilaku masukan kognitif dan
afektif, usia, jenis kelamin, dan yang lain
(4) Karakteristik
lingkungan / setting pembalajaran, mencakup kuantitas dan kualitas prasarana,
alokasi jam pertemuan, dan yang lainnya
(5)
Karakteristik guru, meliputi filosofinya tentang pendidikan dan pembelajaran,
kompetensinya dalam teknik pembelajaran, kebiasaannya, pengalaman
pendidikannya, dan yang lainnya
Agar seorang guru mampu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang
memiliki kadar CBSA tinggi, maka dalam memilih dan menentukan teknik
pembelajaran atau sistem penyampaian hendaknya benar-benar mempertimbangkan
kemanfaatan dari teknik pembelajaran yang dipilihnya. Teknik pembelajaran yang
dapat diartikan sebagai prosedur rutin atau suatu cara yang telah
ditentukan sebelumnya untuk menyampaikan pesan dengan bahan, alat, latar, dan
orang (AECT, 1986:196), pada akhirnya akan membentuk sistem instruksional. Oleh
kareba itu pentingnya teknik pembelajaran ini, maka pemanfaatan teknik
pembelajaran itu hendaknya bersesuaian dengan karakteristik, karakteristik
guru, karakteristik tujuan, karakteristik mata pelajaran / bidang studi,
dan karakteristik bahan alat pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini kami dapat menarik kesimpulan bahwa dalam
pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru berinteraksi dengan siswa, yang
keduanya mencapai tujuan pembelajaran atau sasaran belajar yang serupa. Kadar
CBSA dalam interaksi tersebut berbeda-beda. Pembelajaran ber-CBSA baik berciri
(i) pembelajaran berpusat pada siswa, (ii) guru bertindak sebagai pembimbing
pengalaman belajar, (iii) orientasi tujuan pada perkembangan kemampuan siswa secara
utuh dan seimbang, (iv) pengelolaan pembelajaran menekankan pada kreativitas
siswa, dan (v) optimalisasi kadar CBSA tersebut dapat diprogramkan dalam desain
instruksional (persiapan mengajar) guru. Pembelajaran ber-CBSA merupakan wujud
kegiatan atau unjuk kerja guru. Hampir dapat dikatakan bahwa guru profesional
diduga berkemampuan mengelola pembelajaran berkadar CBSA tinggi.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini kami mengharapkan agar dalam hal ini materi
pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri,
pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan
kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan
secara praktik. Disamping itu juga, guru diharapkan dapat merangsang
siswa untuk mampu menampilkan potensinya, betapapun sederhananya serta guru
dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan
keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan kosep serta mengembangkan sikap dan nilai yang
dituntut.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati,
Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud
www.
google. com
CONTOH MAKALAH CBSA
Reviewed by fff
on
Sunday, April 07, 2013
Rating: