A.Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui dan
berlatih membuat media kultur jaringan tanaman komposisi MS yang baik dan
benar.
B.Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal :
Pukul :
Tempat :
C.Dasar Teori
Keberhasilan kultur in viro ditentukan oleh media dan
macam tanaman.Media mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk menyuplai nutrisi dan
untuk mengarahkan pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh. Adanya variasi media
untuk tanaman menimbulkan beberapa macam media yang digunakan yaitu Murashige
dan Skoog(MS), Gamborg (B5), Linsmaier, Nitsch dan Woody Plant Medium (WPM).
Selain media, zat pengatur tumbuuh juga memegang peranan penting dalam
melakukan teknik kultur. Zat pengatur tumbuh adalah kelompok hormon, baik
hormon tumbuhan alamiahmaupun sintetis (Elimasni, 2006).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan
kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada
kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partum-buhan dan perkembangan
eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru, 2012).Menurut Siregar (2013),
media yang biasa adalah media Murashige & Skoog (MS). Media MS digunakan
untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbasius.
Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan
pembuatan larutan stok. Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan
pengambilan bahan- bahan kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil,
tak perlu sering menimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan
di dalam lemari pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya
bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok
harus dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu pekat akan
mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan stok yang terkontaminasi tidak
boleh digunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani, 2002).
Untuk membuat media dengan jumlah zat seperti yang
ditentukan, diperlukan penimbangan dan penakaran bahan secara tepat.
Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses yang dikehendaki.
Pada umumnya untuk suatu keperluan, media yang telah dirumuskan dapat diubah
atau diperbarui, dengan mengganti zat-zat tertentu, atau menambah zat lain.
Untuk melakukan perubahan ini diperlukan acuan yang mantap atau pengalaman
(Rahardja, 1988).
Media kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman
menyediakan tidak hanya unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga
karbohidrat yang pada umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang
biasanya didapat melalui atmosfir melalui fotosintesis. Untuk membuat media
padat biasanya digunakan agar-agar dimana keuntungannya dari pemakaian
agar-agar adalah agar-agar tidak dicerna oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi
dengan persenyawaan- persenyawaan penyusun media. Metode kultur jaringan bukan
hanya digunakan untuk tujuan perbanyakan tanaman, namun dapat pula digunakan
untuk pelestarian plasma nutfah. Media kultur jaringan untuk pelestarian
berbeda dengan media untuk perbanyakan, dimana media perbanyakan menyediakan komposisi
unsur-unsur mendorong pertumbuhan berjalan cepat, sedangkan media pelestarian
menyediakan komposisi unsur-unsur selain untuk mendorong juga menghambat
pertumbuhan agar berjalan lambat, sehingga dikenal sebagai pelestarian melalui
pertumbuhan minimal (Laisina, 2013).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik
ataupun anorganik yang hanya dibutuhkan tanaman dalam konsentrasi yang sangat
sedikit. Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menginduksi
pertumbuhan pada teknik mikropropagasi adalah kombinasi golongan auksin dan
sitokinin dimana pada penelitian ini jenis yang digunakan adalah NAA yang
dikombinasikan dengan BAP (Paramartha, 2012).
Menurut Paramartha (2012), beberapa penelitian
menyebutkan bahwa kombinasi penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan
sitokinin mempengaruhi pertumbuhan eksplan. Jika rasio sitokinin dan auksin
relatif seimbang maka eksplan akan membentuk massa sel yang bersifat
meristematik dan terus melakukan pertumbuhan.
Hormon adalah bahan organik yang disintesa pada
jaringan tanaman.Hormon diperlukan dalam konsentrasi rendah untuk mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak molekul sintetis organik yang
telah dikenal memiliki aktivitas serupa hormon. Senyawa sintetis dan hormon
yang secara alami ada, dikenal dengan sebutan zat pengatur tumbuh (Heddy,
1991).
Faktor penting lain yang juga perlu mendapat
perhatian, adalah pH yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain
memperhatikan kepentingan fisiologi sel, juga harus mempertimbangkan
faktor-faktor kelarutan dari garam-garam penyusun media, pengambilan (uptake)
dari zat pengatur tumbuh dan garam- garam lain, dan efisiensi pembekuan
agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara
5.5-5.8 (Gamborg dan Shyluk, 1981).
D.Alat dan
Bahan
Alat: 1.Plastik penutup
2.Karet
gelang
3.Labu
Takar
4.Botol
kultur
5.Autoclave
6.Alat
pengukur pH
Bahan: 1.Aquadest
2.Agar
3.Larutan
Stok
4.Air
kelapa
E.Cara Kerja
1.Melarutkan 30 g gula
dengan 300 ml aquadest dan disaring.
2.Memanaskan larutan
gula ke dalam labu takar 1 L.
3.Menambahkan 10 ml
masing – masing larutan stok C dan D yang telah tersedia dan mengaduknya hingga tercampur .
4.Menambahkan 5 ml masing
– masing larutan stok E dan F yang telah tersedia dan mengaduknya hingga tercampur.
5.Menambahkan 1 ml
larutan stok vitamin dan mengaduknya hingga tercampur.
6.Menambahkan 10 ml
larutan stok myo-inositol yang telah tersedia dan mengaduknya hingga tercampur.
7.Menambahkan aquadest
sampai mendekati tanda tera dan mangatur pH 5,6 – 5,8.
8.Menepatkan medium
sampai tanda tera 1 L dengan penambahan aquadest.
9.Memindahkan larutan
ke wadah tempat memanaskan (Beaker Glass kapasitas 2 L ,atau panci berlapis enamel) kemudian menambahkkan 8 g
agar.
10.Memanaskan agar
sampai larut sambil di aduk menggunakan batang pengaduk.Menghentikan
pemanasan setelah larutan terlihat jernih.
11.Menuangkan medium ke
dalam botol – botol kultur atau Erlenmeyer.
12.Mensterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210 C tekanan 17,5 psi selama 30 menit.
Catatan:Menambahkan 10
ml air kelapa atau zat pengatur tumbuh (sesuai kebutuhan) setelah point 6.
F.Hasil Pengamatan
No
|
Kelompok
|
Jumlah awal media tumbuh(botol)
|
Minggu I
|
Minggu II
|
Keterangan
|
||
Kontam
|
Steril
|
Kontam
|
Steril
|
||||
1
|
|||||||
2
|
|||||||
3
|
|||||||
4
|
|||||||
5
|
|||||||
6
|
DAFTAR PUSTAKA
Elimasni.,
I. Nurwahyuni., dan M. Z. Sofyan,. 2006. Inisiasi
In Vitro Biji Muda Terong Belanda (Solanum
betaceum Cav.) Berastagi Sumatera Utara pada Komposisi Media dan Zat Tumbuh yang Berbeda. Jurnal Biologi
Sumatera. ISSN 1907-5537. Vol (1) No.1.
Gamborg OL,
Shyluk JP. 1981. Nutrition, media and characteristic
of plant cell and tissue culture.
Di dalam: Thorpe TA (ed). Plant Tissue Culture Methods and Application in Agriculture. New York: Academic Pr.
Heddy, S.
1991. Biologi Pertanian. Jakarta:
Rajawali Press.
Hendaryono,
D. P. S. dan A Wijayani. 2002. Teknik
Kultur Jaringan. Yogyakarta:Kanisius.
Laisina, J.
K. J. 2013. Konsentrasi Sukrosa dan Agar
di dalam Media Pelestarian In-Vitro Ubi
Jalar Var. Sukuh. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman. ISSN 2301-7287. Vol. (2) No.1.
Paramartha,
Aisya Intan., D. Ermavitalini., dan S. Nurfadilah. 2012. Pengaruh Penambahan Kombinasi
Konsentrasi ZPT NAA dan BAP terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Dendrobium Taurulinum J.J Smith Secara In
Vitro. Jurnal Sains dan Seni ITS.
ISSN: 2301 928X. Vol (1) No.1.
Rahardja,
P.E. 1988. Kultur Jaringan Teknik
Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Jakarta: Panebar Swadaya.
Siregar,
Lili Herawati., L. A. M Siregar., L. A. P. Putri,. 2013. Pengaruh –BenzilΑ Amino Purina
dan -Asam Asetat Naftalena terhadap Pertumbuhan AkarΑ Boesenbergia Flava secara In-Vitro. Jurnal
Online Agroekoteknologi. ISSN 2337- 6597. Vol (1) No.3
Tuhuteru,
S., M. L. Hehanussa, S.H.T. Raharjo. 2012.
Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek
Dendrobium anosmum pada Media Kultur In Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu
Budidaya Tanaman. ISSN 2301-7287. Vol (1) No.1
PEMBUATAN MEDIA KULTUR JARINGAN TANAMAN
Reviewed by fff
on
Friday, December 18, 2015
Rating: