YeDe Blogger- Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Pada kesempatan ini saya akan menyajikan sebuah bentuk (kerangka) laporan tentang praktik "Kultur Organ" Untuk lebih jelasnya, baca dengan seksama contoh laporan dibawah ini:
A.Tujuan
Praktikum
Untuk
berlatih melakukan sterilisasi organ tanaman dari lapangan dan dapat melakukan
perbanyakannya melalui teknik kultur organ.
B.Waktu dan Tempat
Hari/tanggal :
Pukul :
Tempat :
C.Dasar Teori
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian
tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan
organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian
tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap
(Gunawan, 1992). Teknik ini disebut teknik in
vitro karena bagian-bagian tanaman yang dikulturkan diletakkan dalam tabung
gelas (George dan Sherrington, 1984).
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan
tanaman secara klonal. Keuntungan pengadaan bibit melalui kultur jaringan
antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan
seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2011).
Ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
dalam kultur in vitro, yaitu
genotipe, media kultur, lingkungan tumbuh, dan eksplan yang digunakan (George
dan Sherrington,1984). Menurut Pierik (1987), dalam perbanyakan in vitro dapat ditempuh beberapa metode
antara lain melalui multiplikasi tunas dari mata tunas aksilar, dan melalui
pembentukan tunas adventif dan embrio somatik secara langsung.
Menurut Yusnita (2003), penggunaan eksplan yang bersifat
meristematik umumnya memberikan keberhasilan pembentukan embrio somatik yang
lebih tinggi. Eksplan yang dapat digunakan berupa aksis embrio zigotik muda dan
dewasa, kotiledon, mata tunas, epikotil maupun hipokotil. Umur fisiologi, umur
ontogenik, ukuran eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal yang
harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan
awal kultur. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan merupakan
jaringan muda yang aktif tumbuh. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya
regenerasi lebih tinggi, sel aktif membelah diri, dan relatif bersih. Bagian
tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah biji atau bagian-bagian
biji seperti aksis embrio atau kotiledon, tunas pucuk, potongan batang satu
buku (nodal eksplan), potongan akar, potongan daun, potongan umbi batang , umbi
akar, empulur batang, umbi lapis dengan dan bagian batang, dan bagian bunga.
Menurut Utomo (2005), dalam rekayasa genetika tanaman berupa pembentukan tunas
adventif, eksplan yang dapat digunakan adalah eksplan buku kotiledon.
Media kultur jaringan dibedakan menjadi media dasar dan media
perlakuan. Media dasar adalah kombinasi zat yang mengandung hara esensial
(makro dan mikro), sumber energi dan vitamin. Dalam teknik kultur jaringan
dikenal puluhan macam media dasar. Penanamaan resep media dasar umumnya diambil
dari nama penemunya atau peneliti yang menggunakan pertama kali dalam kultur
khusus dan memperoleh suatu hasil yang memiliki arti pentng. Media dasar yang
paling sering dan banyak digunakan adalah komposisi media dari Murashige dan
Skoog (Gunawan, 1992).
Selain faktor jenis eksplan dan genotip tanaman, regenerasi
tanaman juga dipengaruhi oleh komposisi media yang digunakan. Masing-masing
jenis eksplan/sel dan genotip tanaman memerlukan komposisi media yang
berbeda-beda (Pierik 1987). Menurut Wattimena et al. (1992), media untuk menumbuhkan sel/eksplan tanaman pada
dasarnya berisi unsur hara makro, mikro, dan gula sebagai sumber karbon. Selain
itu, media kultur juga dilengkapi dengan zat besi, vitamin, mineral, dan zat
pengatur tumbuh. Hardjo (1994) menyatakan bahwa pada prinsipnya media untuk
kultur jaringan terdiri dari campuran garam-garam anorganik, karbon sebagai
sumber energi, vitamin, dan ZPT. Unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
tanaman terdapat dalam bentuk garam-garam anorganik.
Zat pengatur tumbuh
adalah persenyawaan organik selain nutrien
yang dalam jumlah sedikit (1 mM) dapat merangsang, menghambat, atau
mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan,
1992). Zat pengatur tumbuh sangat berperan di dalam mengarahkan pertumbuhan sel
tanaman. Kombinasi zat pengatur tumbuh yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan
sel yang optimal (Wattimena et al.,
1992).
Penggunaan zat pengatur
tumbuh di dalam kultur jaringan tergantung pada arah pertumbuhan jaringan
tanaman yang diinginkan. Untuk pembentukan tunas digunakan sitokinin sedangkan
untuk pembentukan akar digunakan auksin. Jenis dan konsentrasi zat pengatur
tumbuh yang tepat untuk setiap tanaman tidak sama, tergantung pada genotip
serta kondisi fisiologi jaringan tanaman (Lestari, 2011).
Menurut Gunawan (1992), dua golongan zat pengatur tumbuh dalam
kultur jaringan yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur
tumbuh ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel,
jaringan, dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang
diberikan kedalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan
arah perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen,
mengubah level zat pengatur tumbuh endogen. Level zat pengatur tumbuh endogen
ini kemudian merupakan trigerring factor untuk
proses pertumbuhan dan morfogenesis.
Menurut Lestari (2011), pembentukan tunas in vitro sangat menentukan keberhasilan produksi bibit yang cepat
dan banyak. Semakin banyak tunas yang terbentuk akan berkorelasi positif dengan
bibit yang dapat dihasilkan melalui kultur jaringan. Dengan demikian untuk
memacu faktor multiplikasi tunas yang tinggi diperlukan penambahan zat pengatur
tumbuh sitokinin. Tunas ganda (tunas majemuk) yang terbentuk secara langsung lebih
stabil secara genetik dibandingkan dengan tunas tidak langsung.
Zhang et al. (1999)
menyatakan bahwa tahapan regenerasi in
vitro pada kedelai dimulai dari sterilisasi benih, pengecambahan, penyiapan
eksplan, dan subkultur.
D.Alat dan Bahan
Alat
:scapel, petridish, gunting, lampu bunsen, dan handsprayer.
Bahan
:eksplan apel, media kultur, alkohol 70%, aquadest steril, spritus, bayclin 10%, dan 30%.
E.Cara Kerja
1.Mencuci
nodus batang,daun, biji atau pucuk tanaman pada air mengalir selama 30 menit dan
dibuang bagian - bagian daun bawahnya.
2.Merendam
bahan tersebut dalam alkohol 70% selama 1 menit dan membilasnya dengan
aquadest.
3.Selanjutnya
merendam bahan pada bayclin 30% selama 10 menit sambil mengocoknya, kemudian
membilas dengan aquadest steril dan mengulangnya sebanyak 2x.
4.Mensterilisasi
di LAF dengan melakukan perendaman bahan pada bayclin 10% selama 10 menit
sambil mengocoknya, kemudian membilasnya dengan aquadest steril dan
mengulangnya sebanyak 3x.
5.Mengambil
calon tunas biji yang telah di sterilkan dan meletakkannya di cawan petri.
6.Memotong
biji dan mengambil calon tunas biji ,kemudian menanamnya dalam media kultur
dengan posisi tegak.
7.Mengisi
tiap botol dengan 1 eksplan.
F.Hasil Pengamatan
1.Sterilisasi
2.Minggu 1
3.Minggu 2
4.Minggu 3
G.Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap.
Kultur jaringan merupakan
salah satu teknik dalam perbanyakan tanaman secara klonal. Keuntungan pengadaan
bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang
unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan
steril (mother stock) sehingga dapat
digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya.
Ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan morfogenesis dalam kultur jaringan, yaitu genotipe, media kultur, lingkungan
tumbuh, dan eksplan yang digunakan.Penggunaan eksplan yang
bersifat meristematik umumnya memberikan keberhasilan pembentukan embrio
somatik yang lebih tinggi.
Dalam kultur jaringan kali
ini menggunakan eksplan organ tumbuhan.Organ yang digunakan adalah biji
apel.Bagian dari biji yang ditanam adalah kotiledon yang ditanam dalam medium
MS.Digunakan biji karena biji bersifat meristematik sehingga akan mudah tumbuh
dan tingkat keberhasilannya cukup tinggi.
Tahapan kultur
organ pada biji apel dimulai dari sterilisasi
eksplan,
penanaman,
perkecambahan, pertumbuhan , dan subkultur.
Tahap sterilasi eksplan
menggunakan alkohol ,aquadest dan bayclin.Alkohol digunakan untuk mensterilkan
eksplan dari jamur atau bakteri.Bayclin bersifat desinfektan untuk menghambat pertumbuhan
dan perkembangan jamur atau bakteri.Aquadest digunakan untuk menjernihkan
esplan dari sisa alkohol dan bayclin.Tahap ini sangat menentukan keberhasilan
pertumbuhan eksplan.Setelah sterilisasi ekplan dilanjutkan dengan penanaman
eksplan.
Pada tahap penanaman,
eskplan ditanam pada medium MS.Penanaman dilakukan di Laminar Air Flow yang
sudah di sterilkan dengan ultra violet..Alat yang digunakan dalam penanaman
harus dalam keadaan steril.Alat- alat seperti pinset dan scapel di sterilisasi
dengan alkohol.Setelah penanaman,ekplan dipindahkan keruang kultur dengan
pencahayaan yang cukup dan suhu 180C.
Untuk menghindari
kontaminasi saat pertumbuhan,lingkungan kultur harus tetap steril.Ini dilakukan
dengan menyemprot dengan alkohol di sekitar botol kultur setiap 1 kali sehari.
Pada minggu pertama,eksplan
sudah tumbuh dengan ditandai dengan munculnya akar , batang , dan daun.Panjang
batang pada minggu pertama 2 cm dengan terdapat 2 helai daun dan tidak ada
kontaminasi.
Pada minggu kedua,tinggi
batang sudah mencapai 5 cm dan tidak ada pertambahan daun.Pada minggu
ini,planlet terkontaminasi oleh bakteri,ini ditandai dengan adanya koloni
berwarna kuning dan pink pada medium kultur.
Pada minggu ketiga,tinggi
batang sudah mencapai mulut botol dan sudah terbentur pada tutup botol tetapi
tetap tidak ada pertambahan jumlah daun.Koloni bakteri pun sudah menyebar pada
pangkal batang dan akar.Karena terkontaminasi sehingga dilakukan subkultur.
Subkultur dilakukan pada
medium baru dengan ukuran botol yang lebih besar.Planlet di sterilisasi
perrmukaan menggunakan alkohol dan ditanam kembali pada medium baru.Setelah
dilakukan subkultur planlet tidak tumbuh dan akhirnya mati.Kontaminasi terjadi
karena kurangnya kesterilan dalam proses kultur dan penyemprotan alkohol tidak
dilakukan setiap hari terutama pada hari libur.
H.Kesimpulan
1.Kultur jaringan adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian tanaman seperti protoplasma, sel,
sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik,
sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi tanaman lengkap.
2.Kultur organ dilakukan
menggunakan organ tumbuhan seperti biji,akar ,batang, dan daun.
3.Biji termasuk bersifat
meristem karena sel- selnya aktif mambelah.
4.Tingkat keberhasilan kultur
jaringan menggunakan jaringan meristem sangat tinggi.
5.Sterilisasi eksplan
menentukan pertumbuhan planlet dan keberhasilan kultur.
DAFTAR PUSTAKA
George, E. F. dan Sherrington P. D.
1984. Plant Propagation by Tissue Culture
Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Inggris: Exegetics Limited.
Gunawan LW. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman
PAU Bioteknologi IPB.
Pierik R.I.M.1987.Plant Cell
Culture Technology.a book review.sci hortic.33.308- 309
Wattimena,G.A.,
L.W.Gunawan., N.A.Maatjik., Sjamsudin., N.M. A. Wiendi., A.Ernawati. 1992. Bioteknologi Tanaman. PAU. IPB. Bogor.
Yusnita, 2003, Kultur
Jaringan.Jakarta:Agromedia, Pustaka.
Artikel terkait :
1. Pengenalan Ruang dan Alat Kultur Jaringan
2. Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman
SEMOGA BERMANFAAT!! :D
1. Pengenalan Ruang dan Alat Kultur Jaringan
2. Pembuatan Media Kultur Jaringan Tanaman
SEMOGA BERMANFAAT!! :D
KULTUR ORGAN
Reviewed by fff
on
Friday, December 18, 2015
Rating: