DUNIA KAMPUS

Contoh Skripsi Bab I, Bab II


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa “Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik di masa mendatang”. Hal ini menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan pada akhirnya diarahkan bagi peserta didik untuk kehidupan dimasa depan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu adanya nilai-nilai sebagai kekuatan penggerak seperti berdisiplin dan menghargai waktu, punya semangat kerja keras, mandiri dan percaya diri, motivasi belajar dan motivasi berprestasi/hasil belajar merupakan nilai-nilai penggerak yang amat penting guna mendukung tujuan Pendidikan.
Salah satu cara peningkatan kualitas Pendidikan adalah melalui perbaikan suasana dan iklim kelas sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama yang berperan dalam mengembangkan kualitas individu setiap anak didik menjadi generasi yang siap pakai. Bagaimanapun baiknya kualitas sarana dan prasarana, kurikulum, serta faktor lainnya, tidak akan ada artinya jika sumberdaya guru yang ada tidak mampu mengorganisasikan atau mendayagunakan semua faktor yang ada sehingga dapat membangkitkan motivasi berprestasi siswa.
Guru sebagai salah satu kunci keberhasilan harus mampu untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan sebaik baiknya, sebab mutu Pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru  yang mengajar, guru harus mampu memanfaatkan semua fasilitas belajar yang tersedia secara optimal demi tercapainya hasil belajar siswa yang optimal, Guru harus bisa membangkitkan motivasi berprestasi siswa. Raymond dan Judith (2004: 22) mengungkapkan bahwa “Secara harfiah anak-anak tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga bisa tertarik pada hal-hal yang negative seperti minum obat-obatan terlarang, pergaulan bebas dan lainnya”. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh guru.
Berdasarkan observasi awal di SMK Payung Negeri Tualang, yang telah dilakukan dengan guru Mata Diklat Produktif Otomotif terhadap pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar, maka terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para siswa, sebagian besar siswa terlihat kurang bersemangat dalam belajar Mata Diklat Rem, Banyak diantara mereka yang tidak mendengarkan penjelasan guru secara serius dan sungguh-sungguh, serta sering melalaikan tugas yang diberikan. Terakhir penulis mengamati nilai semester I siswa XI Jurusan Mesin Otomotif tahun ajaran 2009/2010 yang di peroleh dari wali kelas. Hasil belajar yang di peroleh menunjukkan masih banyak nilai siswa yang dibawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 7.00, yang mestinya nilai tersebut harus diatas nilai rata-rata KKM karena Jurusan Mesin Otomotif merupakan Jurusan pilihan dan diminati.



Tabel 1. Hasil Belajar semester I siswa jurusan Mesin Otomotif Kelas XI SMK Payung Negeri Tualang
No
Kelas interval
Jurusan
Frekwensi
Persentase
%
XI MO I
XI MO II
XI MO III
1
40 - 49
4
1
2
7
8.54
2
50 - 59
9
5
7
21
25.61
3
60 - 69
12
10
7
29
35.37
4
70 - 79
5
2
2
9
10.98
5
80 - 89
4
4
3
11
13.41
6
90 - 100
2
1
2
5
6.09
Jumlah
82
100
Sumber: Wali Kelas

Sebanyak 30.48% siswa yang mendapat nilai diatas nilai KKM, sedangkan 69.52% yang siswa dengan nilai dibawah KKM, dan diwajibkan untuk melaksanakan remedial. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Hasil Belajar Mata Diklat Rem SMK Payung Negeri Tualang”.

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.      Siswa kurang bersemangat dalam belajar.
2.      Kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan.
3.      Siswa sering melalaikan tugas yang diberikan.
4.      Rendahnya nilai hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

C.    Batasan Masalah            
Berdasarkan identifikasi masalah dan macam-macan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa serta keterbatasan penulis, merupakan pertimbangan dalam memilih variabel yang akan diteliti. Oleh sebab itu ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada motivasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa (motivasi internal). Dalam hal ini motivasi berprestasi yang diperoleh siswa pada Mata Diklat Poduktif Otomotif, karena diduga mempunyai hubungan yang erat terhadap hasil belajar sebagai variabel terikat, objek penelitian adalah siswa kelas XI jurusan Mesin Otomotif SMK Payung Negeri Tualang. Sedangkan hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar Mata Diklat Rem semester I sebelum remedial tahun ajaran 2009/2010.

D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Apakah terdapat hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Rem SMK Payung Negeri Tualang?”.

E.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Rem SMK Payung Negeri Tualang.

F.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah :
1.      Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pendidik SMK Payung Negeri Tualang untuk melaksanakan tugas dalam proses belajar mengajar, dalam upaya meningkatkan keberhasilan siswa dimasa mendatang, dan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan khususnya proses belajar mengajar di SMK Payung Negeri Tualang.
2.      Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan pengetahuan tentang motivasi berprestasi.
3.      Untuk persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.  Deskripsi Teori
1.    Hasil Belajar
Belajar merupakan proses aktif yang mengarahkan pada suatu tujuan melalui proses melihat, mengamati, memahami dan menguasainya. Proses belajar yang dilakukan di sekolah selalu bertujuan untuk menghasilkan siswa yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang belum memahami menjadi lebih memahami yang mengarah kepada kebaikan. Sedangkan Hasil Belajar merupakan “Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”, Sudjana (2009: 22). Hasil Belajar juga merupakan suatu prestasi yang dicari seseorang dalam mengikuti proses belajar. Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku pada dirinya dan perubahan ini terjadi karena latihan dan pengalaman, Perubahan tersebut bersifat continue, fungsional, positif dan aktif serta didasari oleh orang yang belajar. Hasil belajar yang dicapai dari belajar merupakan kecakapan, keterampilan, prinsip-prinsip atau generalisasi, keterampilan mental, sikap dan respon-respon emosional.
Dalam sistem Pendidikan nasional, rumusan tujuan baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik: menurut Sudjana (2002: 22) yang berkaitan dengan ranah tersebut adalah:
a.         Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar yang intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek petama disebut aspek kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b.        Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaa, jawaban atau reaksi, organisasi dan internalisasi.
c.         Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik yakni gerakan reflek, keterampilan, gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan dan gerakan ekspensif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar, diantara ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena keterkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai bahan pelajaran. Hasil belajar peserta didik biasanya dinyatakan dengan angka, untuk mendapatkan nilai tersebut dilakukanlah penilaian. Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, dengan kata lain tujuan itu adalah sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dan peserta didik, penilaian kegiatan belajar dan nilai hasil dapat dilakukan dengan suatu alat evaluasi biptes. Dari evaluasi didapatkan hanya data kualitatif yaitu angka-angka yang mencerminkan kemampuan peserta didik dalam menyerap materi pelajaran. Angka atau bilangan numerik dalam hasil belajar disebut data mentah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti proses belajar. Orang yang berhasil dalam belajar akan terlihat dari perubahan tingkah lakunya. Hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga ranah yakni, ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik, ketiga ranah tersebut yang akan menjadi  objek penilaian hasil belajar.
2.    Motivasi Berprestasi
a.      Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi adalah suatu motif kecenderungan di dalam diri  individu  untuk bertindak mencapai suatu tujuan yang konkrit guna memuaskan kebutuhannya. Menurut Sardiman dalam Agus (2005: 8) berawal dari kata motif, bahwa motivasi adalah daya pengerak yang telah menjadi aktif.  Selanjutnya dikatakan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk  menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan rasa tidak suka itu. Menurut Sumardi dalam Djaali (2006: 101), Motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang  menimbulkan kegiatan atau tindakan, menjamin kelangsungan dari  kegiatannya dan memberikan arah pada kegiatan siswa tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi merupakan pendorong tingkah laku manusia, namun usaha pencapaian dan perwujudan motivasi itu tidak hanya tergantung pada motivasi itu sendiri tetapi juga  faktor  lingkungan  dan  faktor  belajar  yang memadai, maka pencapaian dan perwujudan itu akan berlangsung tanpa mengalami banyak kesulitan. Jika faktor lingkungan dan atau faktor belajar kurang atau tidak memadai, perwujudan dan pencapaian motivasi dapat mengalami hambatan atau kesulitan.
Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan istilah “N-Ach” atau Need for Achievement” dan dipopulerkan oleh McClelland dalam Agus (2005: 10). Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa “N-AcH” merupakan semacam kekuatan psikologis yang mendorong setiap individu sehingga membuat aktif dan dinamis untuk mengejar kemajuan. Djaali (2006: 102) “Motivasi berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu”. Heckhausen dalam Djaali (2006: 102) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan dan memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktifitas dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan ini terbagi tiga komponen yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Adapun standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang dicapai oleh siswa lain.
Atkinson dalam Djaali (2006: 105) mengemukakan bahwa diantara kebutuhan hidup manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau malampaui standar keunggulan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada umumnya harapan akan kesuksesannya selalu mengalahkan rasa takut akan mengalami kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang dihadapinya, berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk mencapai tujuannya, mereka memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang rendah.
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu  dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru.
Adanya beberapa temuan dari Hechausen dalam Agus (2005: 12) yang menunjukan bahwa karaktristik individu yang mempunyai motivasi berprestasi antara lain sebagai berikut:
1)         Berorientasi sukses, artinya bahwa jika individu dihadapkan pada situasi berprestasi ia merasa optimis bahwa sukses akan diraihnya dan dalam  mengerjakan  tugas  ia  lebih  terdorong  oleh  harapan  untuk sukses dari pada menghindar tapi gagal.
2)         Berorientasi jauh ke depan, dia cenderung membuat tujuan-tujuan yang  hendak dicapainya di waktu yang akan datang dan ia sangat menghargai waktu serta ia lebih dapat  menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang.
3)         Suka tantangan, dia suka situasi prestasi yang  mengundang  resiko yang cukup untuk gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di miliki, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada siswa.
4)         Tangguh, dia dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan keuletan, dia tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai  dengan kemampuannya.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan prestasi, yakni kecendrungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan melakukan kegiatan yang mengarah kepada kesuksesan atau kegagalan.
b.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah  individu secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu. Dengan kata  lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaanya dalam proses belajar atau pendidikan, individu harus mempunyai motivasi  untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung, Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang pandangan dan penilaian individu terhadap lingkungan. Sikap positif terhadap lingkungan akan meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan sikap negatif terhadap lingkungan akan menurunkan motivasi berprestasi. Selain itu, ada empat unsur yang merupakan penyebab motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh Weiner dalam Agus, (2005: 14), Keempat unsur  tersebut adalah kemampuan atau kekuatan, usaha, kesukaran tugas, dan  keberuntungan  atau  kebutuhan. 
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah sebagai berikut :
1)      Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Aspirasi ini dapat  bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Siswa yang mempunyai  aspirasi positif adalah siswa yang menunjukan hasratnya untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah siswa yang menunjukan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan.
2)      Kemampuan Belajar
Kemampuan ini meliputi beberapa  aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikar dan fantasi. Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir operasional.  Jadi siswa yang mempunyai  kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar,  karena siswa tersebut lebih sering memperoleh sukses, sehingga  kesuksesan  ini  memperkuat motivasinya.
3)      Kondisi Siswa
Kondisi fisik dan kondisi psikologis  siswa  sangat mempengaruhi  faktor motivasi, sehingga sebagai guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologis siswa. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu berangkat belum sarapan, atau  mungkin dirumah mengalami masalah yang menimbulkan kemarahan, kejengkelan atau mungkin kecemasan. Maka kondisi-kondisi fisik dan  psikologis inipun dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.
4)      Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Unsur-unsur disini dapat berasal dari lingkungan  keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat baik yang  menghambat atau mendorong. Kalau dilihat dari lingkungan sekolah,  guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar  yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka  membantu siswa termotivasi dalam belajar.
5)      Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam  belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional. Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi dalam keluarga.
6)      Upaya Guru Membelajarkan Siswa 
Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil belajar. Apabila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi untuk belajar siswa melemah atau hilang. 
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi mempunyai karakter berorientasi sukses, berorientasi kedepan, suka tantangan dan tangguh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu lingkungan, kemampuan, kesukaran tugas, keberuntungan/kebutuhan, kondisi siswa, cita-cita dan upaya guru membelajarkan siswa. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih berhasil dalam menjalankan tugas.

B.  Peneletian yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan:
1.      Sri Hadi Wibowo (2005), Dari hasil pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi (X) dengan hasil belajar siswa (Y) pada mata pelajaran sistem pendingin kelas X di SMK Negeri Jurusan Mekanik Otomotif Pekanbaru. Pada taraf signifikan 95% dengan besarnya angka koefisien korelasi (r) = 0,422.
2.      Zuwirman (1989:81) terhadap siswa SMA Kayu Tanam menunjukkan bahwa adanya hubungan yang berarti pada taraf kepercayaan 95% antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa.

C.  Kerangka Pikir
Motivasi berprestasi siswa sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa karena motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan dan memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktifitas dengan menggunakan standar keunggulan. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab dan ingin mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru.
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, diduga terdapat hubungan motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Produktif Otomotif SMK Payung Negeri Tualang.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada kerangka pikir seperti dibawah ini:


Motivasi berprestasi
(X)
Hasil Belajar
(Y)
 


Gambar 1. Kerangka Pikir

Keterangan:
X = Motivasi Berprestasi
Y = Hasil Belajar

D.  Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang diandaikan benar untuk sementara waktu, sampai kebenarannya diuji melalui data yang terkumpul. Maka yang menjadi hipotesis pada bab ini adalah: “Terdapat hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Produktif Otomotif SMK Payung Negeri Tualang”.




Contoh Skripsi Bab I, Bab II Contoh Skripsi Bab I, Bab II Reviewed by fff on Wednesday, March 14, 2012 Rating: 5