BAB
I
PENDAHULUAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa
“Pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik di masa
mendatang”. Hal ini menjelaskan bahwa tujuan Pendidikan pada akhirnya diarahkan
bagi peserta didik untuk kehidupan dimasa depan. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut perlu adanya nilai-nilai sebagai kekuatan penggerak seperti
berdisiplin dan menghargai waktu, punya semangat kerja keras, mandiri dan
percaya diri, motivasi belajar dan motivasi berprestasi/hasil belajar merupakan
nilai-nilai penggerak yang amat penting guna mendukung tujuan Pendidikan.
Salah satu cara peningkatan kualitas Pendidikan adalah
melalui perbaikan suasana dan iklim kelas sehingga siswa termotivasi untuk
belajar. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama yang berperan dalam
mengembangkan kualitas individu setiap anak didik menjadi generasi yang siap
pakai. Bagaimanapun baiknya kualitas sarana dan prasarana, kurikulum, serta
faktor lainnya, tidak akan ada artinya jika sumberdaya guru yang ada tidak
mampu mengorganisasikan atau mendayagunakan semua faktor yang ada sehingga
dapat membangkitkan motivasi berprestasi siswa.
Guru sebagai salah satu kunci keberhasilan harus mampu untuk
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan sebaik baiknya,
sebab mutu Pendidikan sangat erat kaitannya dengan mutu guru yang mengajar, guru harus mampu memanfaatkan
semua fasilitas belajar yang tersedia secara optimal demi tercapainya hasil
belajar siswa yang optimal, Guru harus bisa membangkitkan motivasi berprestasi
siswa. Raymond dan Judith (2004: 22) mengungkapkan bahwa “Secara harfiah anak-anak
tertarik pada belajar, pengetahuan, seni (motivasi positif) namun mereka juga
bisa tertarik pada hal-hal yang negative seperti minum obat-obatan terlarang,
pergaulan bebas dan lainnya”. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh guru.
Berdasarkan observasi awal di SMK Payung Negeri Tualang, yang telah dilakukan dengan guru Mata
Diklat Produktif Otomotif terhadap pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar, maka terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para siswa, sebagian
besar siswa terlihat kurang bersemangat dalam belajar Mata Diklat Rem, Banyak
diantara mereka yang tidak mendengarkan penjelasan guru secara serius dan
sungguh-sungguh, serta sering melalaikan tugas yang diberikan. Terakhir penulis
mengamati nilai semester I siswa XI Jurusan Mesin Otomotif tahun ajaran
2009/2010 yang di peroleh dari wali kelas. Hasil belajar yang di peroleh
menunjukkan masih banyak nilai siswa yang dibawah standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yakni 7.00, yang mestinya nilai tersebut harus diatas nilai
rata-rata KKM karena Jurusan Mesin Otomotif merupakan Jurusan pilihan dan
diminati.
Tabel
1. Hasil Belajar semester I siswa jurusan Mesin Otomotif Kelas XI SMK
Payung Negeri Tualang
No
|
Kelas interval
|
Jurusan
|
Frekwensi
|
Persentase
%
|
||
XI MO I
|
XI MO II
|
XI MO III
|
||||
1
|
40 - 49
|
4
|
1
|
2
|
7
|
8.54
|
2
|
50 - 59
|
9
|
5
|
7
|
21
|
25.61
|
3
|
60 - 69
|
12
|
10
|
7
|
29
|
35.37
|
4
|
70 - 79
|
5
|
2
|
2
|
9
|
10.98
|
5
|
80 - 89
|
4
|
4
|
3
|
11
|
13.41
|
6
|
90 - 100
|
2
|
1
|
2
|
5
|
6.09
|
Jumlah
|
82
|
100
|
Sumber: Wali Kelas
Sebanyak 30.48% siswa yang mendapat nilai diatas nilai KKM,
sedangkan 69.52% yang siswa dengan nilai dibawah KKM, dan diwajibkan untuk
melaksanakan remedial. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Hasil
Belajar Mata Diklat Rem SMK
Payung Negeri Tualang”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Siswa kurang bersemangat dalam belajar.
2. Kurangnya perhatian siswa terhadap
pelajaran yang diberikan.
3. Siswa sering melalaikan tugas yang
diberikan.
4.
Rendahnya
nilai hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.
C.
Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan macam-macan faktor yang
mempengaruhi hasil belajar siswa serta keterbatasan penulis, merupakan
pertimbangan dalam memilih variabel yang akan diteliti. Oleh sebab itu ruang
lingkup penelitian ini dibatasi pada motivasi belajar yang berasal dari dalam
diri siswa (motivasi internal). Dalam hal ini motivasi berprestasi yang
diperoleh siswa pada Mata Diklat Poduktif Otomotif, karena diduga mempunyai
hubungan yang erat terhadap hasil belajar sebagai variabel terikat, objek
penelitian adalah siswa kelas XI jurusan Mesin Otomotif SMK Payung Negeri Tualang.
Sedangkan hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar Mata Diklat Rem
semester I sebelum remedial tahun ajaran 2009/2010.
D. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
penelitian ini adalah ”Apakah terdapat hubungan yang berarti antara motivasi
berprestasi dengan hasil
belajar Mata Diklat Rem SMK Payung Negeri Tualang?”.
E.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara
motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Rem SMK Payung Negeri Tualang.
F.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga
pendidik SMK Payung Negeri Tualang untuk melaksanakan tugas dalam proses
belajar mengajar, dalam upaya meningkatkan keberhasilan siswa dimasa mendatang,
dan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan Pendidikan khususnya proses
belajar mengajar di SMK Payung Negeri Tualang.
2.
Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan pengetahuan tentang motivasi berprestasi.
3. Untuk persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi
Teori
1.
Hasil Belajar
Belajar merupakan proses aktif yang mengarahkan pada
suatu tujuan melalui proses melihat, mengamati, memahami dan menguasainya.
Proses belajar yang dilakukan di sekolah selalu bertujuan untuk menghasilkan
siswa yang sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang belum memahami
menjadi lebih memahami yang mengarah kepada kebaikan. Sedangkan Hasil Belajar
merupakan “Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya”, Sudjana (2009: 22). Hasil Belajar juga merupakan suatu
prestasi yang dicari seseorang dalam mengikuti proses belajar. Seseorang dapat
dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku
pada dirinya dan perubahan ini terjadi karena latihan dan pengalaman, Perubahan
tersebut bersifat continue, fungsional, positif dan aktif serta didasari oleh
orang yang belajar. Hasil belajar yang dicapai dari belajar merupakan
kecakapan, keterampilan, prinsip-prinsip atau generalisasi, keterampilan
mental, sikap dan respon-respon emosional.
Dalam sistem Pendidikan nasional,
rumusan tujuan baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membagi menjadi
tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik: menurut
Sudjana (2002: 22) yang berkaitan dengan ranah tersebut adalah:
a.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar yang
intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu, pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek petama disebut aspek kognitif
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b.
Ranah efektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari
lima aspek yaitu penerimaa, jawaban atau reaksi, organisasi dan internalisasi.
c.
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemauan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik yakni gerakan
reflek, keterampilan, gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau
ketepatan dan gerakan ekspensif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil
belajar, diantara ranah tersebut ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru di sekolah karena keterkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menguasai bahan pelajaran. Hasil belajar peserta didik biasanya dinyatakan
dengan angka, untuk mendapatkan nilai tersebut dilakukanlah penilaian.
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai, dengan kata lain tujuan itu adalah sebagai alat
untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik
dan peserta didik, penilaian kegiatan belajar dan nilai hasil dapat dilakukan
dengan suatu alat evaluasi biptes. Dari evaluasi didapatkan hanya data
kualitatif yaitu angka-angka yang mencerminkan kemampuan peserta didik dalam
menyerap materi pelajaran. Angka atau bilangan numerik dalam hasil belajar
disebut data mentah.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah mengikuti
proses belajar. Orang yang berhasil dalam belajar akan terlihat dari perubahan
tingkah lakunya. Hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga ranah yakni, ranah
kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik, ketiga ranah tersebut yang akan
menjadi objek penilaian hasil belajar.
2.
Motivasi Berprestasi
a.
Pengertian Motivasi Berprestasi
Motivasi adalah suatu motif kecenderungan di dalam
diri individu untuk bertindak mencapai suatu tujuan yang
konkrit guna memuaskan kebutuhannya. Menurut Sardiman dalam Agus (2005: 8)
berawal dari kata motif, bahwa motivasi adalah daya pengerak yang telah menjadi
aktif. Selanjutnya dikatakan bahwa
motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu. Bila ia tidak suka, maka ia berusaha untuk meniadakan rasa
tidak suka itu. Menurut Sumardi dalam Djaali (2006: 101), Motivasi adalah
keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Dari beberapa pendapat para
ahli maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kondisi fisiologis dan
psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Motivasi siswa pada penelitian ini didefinisikan
sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan atau tindakan, menjamin
kelangsungan dari kegiatannya dan
memberikan arah pada kegiatan siswa tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki
tercapai. Motivasi merupakan pendorong tingkah laku manusia, namun usaha pencapaian
dan perwujudan motivasi itu tidak hanya tergantung pada motivasi itu sendiri
tetapi juga faktor lingkungan
dan faktor belajar
yang memadai, maka pencapaian dan perwujudan itu akan berlangsung tanpa
mengalami banyak kesulitan. Jika faktor lingkungan dan atau faktor belajar kurang
atau tidak memadai, perwujudan dan pencapaian motivasi dapat mengalami hambatan
atau kesulitan.
Konsep motivasi berprestasi pertama kali menggunakan
istilah “N-Ach” atau Need for Achievement” dan dipopulerkan oleh McClelland
dalam Agus (2005: 10). Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa “N-AcH”
merupakan semacam kekuatan psikologis yang mendorong setiap individu sehingga
membuat aktif dan dinamis untuk mengejar kemajuan. Djaali (2006: 102) “Motivasi
berprestasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk
berprestasi) yang terdapat dalam diri siswa yang mendorongnya untuk melakukan
aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu”. Heckhausen dalam
Djaali (2006: 102) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu
dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang
untuk meningkatkan dan memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktifitas
dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan ini terbagi tiga
komponen yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar
keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan
dengan pencapaian tugas sebaik-baiknya. Standar keunggulan diri adalah standar
yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Adapun standar keunggulan siswa
lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang
dicapai oleh siswa lain.
Atkinson dalam Djaali (2006: 105) mengemukakan bahwa
diantara kebutuhan hidup manusia, terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu
dorongan untuk mengatasi hambatan, melatih kekuatan dan berusaha untuk
melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin,
dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau malampaui standar
keunggulan. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada umumnya
harapan akan kesuksesannya selalu mengalahkan rasa takut akan mengalami
kegagalan. Ia selalu merasa optimis dalam mengerjakan setiap apa yang
dihadapinya, berusaha melakukan yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap
kemampuan untuk bekerja mandiri sehingga setiap saat selalu termotivasi untuk
mencapai tujuannya, mereka memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta
mempunyai tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga
seseorang yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi
pada umumnya lebih berhasil dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka
yang memiliki motif berprestasi
yang rendah.
Individu yang mempunyai motivasi berprestasi biasanya
lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab. Hal ini berarti keberhasilan
yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan,
melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga
mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari
tindakannya, karena hal itu dapat
digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi tersebut
individu dapat memperbaiki kesalahannya dan mendorong untuk berprestasi lebih
baik dengan menggunakan cara-cara baru.
Adanya beberapa temuan dari Hechausen dalam Agus (2005:
12) yang menunjukan bahwa karaktristik individu yang mempunyai motivasi
berprestasi antara lain sebagai berikut:
1)
Berorientasi sukses, artinya bahwa jika individu
dihadapkan pada situasi berprestasi ia merasa optimis bahwa sukses akan
diraihnya dan dalam mengerjakan tugas
ia lebih terdorong
oleh harapan untuk sukses dari pada menghindar tapi gagal.
2)
Berorientasi jauh ke depan, dia cenderung membuat
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya di
waktu yang akan datang dan ia sangat menghargai waktu serta ia lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan
penghargaan di waktu mendatang.
3)
Suka tantangan, dia suka situasi prestasi yang mengundang
resiko yang cukup untuk gagal. Dia suka akan perbedaan dan kekhasan
tersendiri sesuai dengan kompetensi profesional yang di miliki, maka secara
tidak langsung akan mempengaruhi kualitas motivasi dan pencapaian prestasi
belajar pada siswa.
4)
Tangguh, dia dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukan
keuletan, dia tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai dengan kemampuannya.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang berhubungan
prestasi, yakni kecendrungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan, dan
melakukan kegiatan yang mengarah kepada kesuksesan atau kegagalan.
b.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Berprestasi
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan
adalah individu secara aktif mengambil
bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat melaksanakan
suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan
itu. Dengan kata lain, untuk dapat
melakukan sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga keadaanya dalam proses
belajar atau pendidikan, individu harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau
pendidikan yang sedang berlangsung, Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh
lingkungannya. Artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang
pandangan dan penilaian individu terhadap lingkungan. Sikap positif terhadap
lingkungan akan meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan sikap negatif
terhadap lingkungan akan menurunkan motivasi berprestasi. Selain itu, ada empat
unsur yang merupakan penyebab motivasi berprestasi yang dikemukakan oleh Weiner
dalam Agus, (2005: 14), Keempat unsur
tersebut adalah kemampuan atau kekuatan, usaha, kesukaran tugas, dan keberuntungan
atau kebutuhan.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi
berprestasi adalah sebagai berikut :
1)
Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita atau disebut juga aspirasi adalah suatu
target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan
dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Aspirasi ini
dapat bersifat positif dan dapat pula
bersifat negatif. Siswa yang mempunyai
aspirasi positif adalah siswa yang menunjukan hasratnya untuk memperoleh
keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah siswa
yang menunjukan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan.
2)
Kemampuan Belajar
Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa,
misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikar dan fantasi. Dalam
kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran. Siswa
yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah
sampai pada taraf perkembangan berpikir operasional. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih
bermotivasi dalam belajar, karena siswa
tersebut lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan
ini memperkuat motivasinya.
3)
Kondisi Siswa
Kondisi fisik dan kondisi psikologis siswa
sangat mempengaruhi faktor motivasi,
sehingga sebagai guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan psikologis
siswa. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk, mungkin disebabkan waktu
berangkat belum sarapan, atau mungkin
dirumah mengalami masalah yang menimbulkan kemarahan, kejengkelan atau mungkin
kecemasan. Maka kondisi-kondisi fisik dan
psikologis inipun dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi
siswa.
4)
Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang
datang dari luar diri siswa. Unsur-unsur disini dapat berasal dari
lingkungan keluarga, sekolah maupun
lingkungan masyarakat baik yang menghambat
atau mendorong. Kalau dilihat dari lingkungan sekolah, guru harus berusaha mengelola kelas,
menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, menampilkan diri secara menarik dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam belajar.
5)
Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan
bahkan hilang sama sekali, khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional.
Misalnya keadaan emosi siswa, gairah belajar, dan situasi dalam keluarga.
6)
Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru
mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil belajar.
Apabila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang
menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar.
Dengan kata lain motivasi untuk belajar siswa melemah atau hilang.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri
seseorang untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Orang yang mempunyai
motivasi berprestasi mempunyai karakter berorientasi sukses, berorientasi
kedepan, suka tantangan dan tangguh. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi yaitu lingkungan, kemampuan, kesukaran tugas,
keberuntungan/kebutuhan, kondisi siswa, cita-cita dan upaya guru membelajarkan
siswa. Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi akan lebih berhasil dalam
menjalankan tugas.
B. Peneletian
yang Relevan
Penelitian ini relevan dengan:
1.
Sri Hadi Wibowo (2005), Dari hasil pengujian hipotesis
pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara motivasi
berprestasi (X) dengan hasil belajar siswa (Y) pada mata pelajaran sistem
pendingin kelas X di SMK Negeri Jurusan Mekanik Otomotif Pekanbaru. Pada taraf
signifikan 95% dengan besarnya angka koefisien korelasi (r) = 0,422.
2.
Zuwirman (1989:81) terhadap siswa SMA Kayu Tanam
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang berarti pada taraf kepercayaan 95%
antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar siswa.
C. Kerangka Pikir
Motivasi berprestasi siswa sangat
berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa karena motivasi berprestasi
adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau
berjuang untuk meningkatkan dan memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam
semua aktifitas dengan menggunakan standar keunggulan. Individu yang mempunyai
motivasi berprestasi biasanya lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab
dan ingin mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Hal ini berarti keberhasilan
yang dicapai bukan karena bantuan orang lain atau karena faktor keberuntungan,
melainkan karena hasil kerja keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga
mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari
tindakannya, karena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya
dari hasil evaluasi tersebut individu dapat memperbaiki kesalahannya dan
mendorong untuk berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru.
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan di atas, diduga terdapat hubungan
motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Produktif Otomotif SMK Payung Negeri
Tualang.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada
kerangka pikir seperti dibawah ini:
Motivasi
berprestasi
(X)
|
Hasil Belajar
(Y)
|
Gambar 1.
Kerangka Pikir
Keterangan:
X =
Motivasi Berprestasi
Y =
Hasil Belajar
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang diandaikan benar untuk sementara
waktu, sampai kebenarannya diuji melalui data yang terkumpul. Maka yang menjadi
hipotesis pada bab ini adalah: “Terdapat hubungan yang berarti antara motivasi berprestasi dengan hasil belajar Mata Diklat Produktif Otomotif SMK Payung Negeri Tualang”.
Contoh Skripsi Bab I, Bab II
Reviewed by fff
on
Wednesday, March 14, 2012
Rating: